Kita semua tahu bahwa bahaya ada dimana saja, bahaya ada disekitar kita. Kita memerlukan cara komunikasi yang tepat untuk memberikan penjelasan selengkap mungkin mengenai apa itu bahaya, bukan hanya sekadar melarang kepada anak-anak. Ada beragam bahaya yang mungkin bakal ditemui anak di lingkungannya.
Komunikasi atau penjelasan dengan bahasa yang sederhana tentu akan mudah dipahami dan diterima oleh anak. Kita sediakan waktu yang cukup untuk menjelaskannya, jangan terburu-buru. Misalnya anak terluka kena pisau, anak merasakan sakit. Dan dari hal tersebut, anak akan belajar langsung bahwa menggunakan pisau itu harus hati-hati, karena membahayakan dirinya.
Contoh lain, setrika yang baru saja dipakai, tentu masih panas. Beri tahu anak, jangan menyentuhnya, itu masih panas. Anak tidak perlu menyentuhnya secara langsung karena dikhawatirkan membuatnya cedera dan trauma. (Tapi terkadang, karena rasa ingin tahu anak yang tinggi, kadang anak memegangnya juga, setelah merasakan bahwa masih panas, baru percaya deh...).
Bagaimana cara mengenalkan bahaya kepada anak-anak..??
Berikut ini tips/cara mengenalkan arti bahaya pada anak :
1. Jelaskan hubungan sebab-akibat yang mungkin timbul.
Selain dapat membuat anak memahami bahwa sesuatu yang dilarang ini memang dapat membahayakan dirinya, juga sekaligus dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya untuk mempelajari hubungan sebab-akibat.
Dalam mengenalkan api, misal, berikan penjelasan tentang akibat yang ditimbulkan. "Api ini berbahaya karena panas. Saking panasnya, bila terkena api dapat menyebabkan luka bakar di kulit. Permukaan kulit akan menggelembung seperti balon dan berisi air, rasanya perih dan sakit."
Misalnya ketika si ibu tangannya ada yang sakit terkena panas, ini bisa diperlihatkan ke anak-anak, sehingga anak akan selalu ingat dan tidak akan melakukan hal yang berbahaya.
2. Ajak anak untuk mencoba langsung.
Untuk lebih memahami rasa panas itu, ajak anak ke dapur.
Misalnya: suruh anak memegang tempe goreng yang masih panas dan baru saja diangkat dari penggorengan. Cara ini untuk membuktikan secara konkret akan rasa panas. Anda bisa sambil memberikan penjelasan. Dari api kompor yang panas, minyak untuk menggoreng yang panas sehingga masakan bisa matang, tempe yang sudah diangkat juga panas. Jadi jangan main-main api atau kompor karena berbahaya.
3. Minta anak mengungkapkan pendapatnya.
Setelah anak merasakan langsung, minta ia mengungkapkan pendapatnya. Dengan demikian dapat diketahui, apakah si batita sudah memahami atau belum penjelasan yang baru saja disampaikan.
"Bagaimana? panas kan? sakit tidak? besok jangan diulangi ya!"
4. Ajari anak tentang pertolongan yang harus ia lakukan bila dirinya mengalami bahaya.
Untuk memudahkan pemahaman si batita, tentunya tak cukup dengan memberikan penjelasan tetapi sampaikan pula cara-cara yang harus dilakukan dengan konkret.
Contoh : saat anak terkena pisau. Praktekkan cara membersihkan lukanya berikut cara memberikan obatnya serta cara membalutnya bila perlu. Dengan demikian, misalnya pada saat si kecil terluka, ia sudah mampu menolong diri sendiri. Biasanya, ketika sedang berkumpul atau orang tuanya tiba di rumah, anak akan bercerita tentang lukanya, kenapa dia bisa terluka dan sebagainya. Anda bisa melihat lukanya, kalau perlu dibersihkan lagi, ganti pembungkus lukanya dengan yang baru.
5. Untuk masalah elektronik, Anda sebagai orang tua harus waspada.
Misalnya dengan menutup colokan yang jarang dipakai, selalu beri pengaman untuk masalah listrik. Apalagi disini, rata-rata watt-nya besar, misalnya vacuum cleaner, setrika, blender, mixer dll dengan 1000 watt lebih. Belum elektronik lainnya.
6. Juga hal lain, misalnya kolam, parit.
Sudah selayaknya kita yang tertib dan waspada, beri pagar untuk kolam, dll. Sering juga membaca berita anak kecil masuk kolam tak tertolong jiwanya. Selain kita yang waspada, anak-anak tetap harus diberi tahu bahwa itu berbahaya.
(Hendry Risjawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar